De javu!
Ya Tuhan, mengapa hujan ini sama seperti di mimpi saya tadi?
Apa artinya semua mimpi ini? Mengapa terasa begitu lekat dan
nyata sekali?
Ya Tuhan, tolong jaga dia saat saya jauh darinya.
Jaga dia dari semua kejahatan dan rasa sakit di dunia.
Jika Engkau ingin marah, marahi saya saja, jangan dia.
Tolong, Tuhan.
--
Aku tersenyum berusaha memaniskan muka di hadapannya.Kkedua
tanganku memegang erat dua tangannya yang melemah. Kutatap wajahnya mencari
sorot dua mata lain yang menghindari tatapanku.
Lelaki itu melepaskan genggamannya, gusar, sedikit marah.
Aku mencoba meraih genggamannya lagi. Namun, tangannya menolakku.
Dermaga Iboih dan hujan rintik-rintik menjadi saksi, ia
memutar badannya dan berjalan menjauhiku tanpa berkata apa-apa. Aku
memanggilnya, ia masih tanpa suara. Berjalan ke arah bibir laut yang tenang.
“Kamu mau ke mana?” ucapku tanpa digubrisnya. Ia masih saja
berjalan membelah air.
Seketika hujan menjadi deras, awan gelap dan petir
sambar menyambar nyaring sekali. Petirnya dekat sekali dengan kepala kami. Aku
berusaha memanggilnya kembali, ia tidak juga mendengar. Aku teriakan
berkali-kali. Ia masih juga tidak mendengar. Ia sudah di tengah lautan. Di
bawah awan gelap dan petir menyambar.
Aku terpekik berteriak keras terus memanggilnya dan petir
menyambar kepalanya.
--
Di luar masih hujan deras. Tidak bisa kembali tidur. Jika kamu sudah terbangun pagi ini, dan mendapati puluhan
nomor asing menelponmu. Itu adalah aku.
Where are you? I'm worry. -Message Sent
[N]
Surat ini balasan untuk: Surat Dari Hati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar