Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Minggu, 03 Februari 2013

Ada yang Tidak Padam


Gemintang itu riang sekali menemui malamnya. Mereka tersenyum dengan bahasa cinta yang saya mengerti. Kira-kira bersediakah mereka jika kali ini kutitipkan surat cinta untuknya di sana?


--



Rupanya, kemarin ada yang berlutut ke tanah dan memohon langit agar bergemuruh ya? Ada yang meminta jangan pergi dengan mengirimkan semua pesan dari hati kepada matahari yang akan berganti

Pantas saja hujan begitu deras di mimpi dan nyataku. Pantas saja hujan begitu menakutkan dimataku. Tidak pernah-pernahnya begitu.

Kamu lelah, aku tahu. Teramat lelah. Terima kasih telah sekuat tenaga memperjuangkan aku dan kita.

Semoga cintaku bisa menjadi selimut hangat malammu. Sehingga kamu tidak akan kedinginan lagi.

Kamu, yang tidak pernah aku mau beritahu bahwa aku menangisimu.

Saat melepasmu pergi jauh, sebenarnya hatiku tetap ingin menunggu. Saat kamu menghilang, aku tak tahu hendak ke mana akan mengadu. Saat kamu redup, aku bergumul rindu semu.

Aku cinta kamu oleh karena itu aku menangis. Tangisan yang hanya bantal yang tahu. Entah tangis kesedihan, perpisahan atau kerinduan.

Ada banyak cerita yang ingin aku labuhkan ke pelukanmu hujan. Ternyata aku hanyalah gersang yang selalu memerlukan kehadiranmu. Atas nama cinta, aku melanggar segala janji yang aku buat sendiri. Mungkin saat itu juga, waktu ingin membuktikan, bahwa cinta tidak memerlukan janji-janji kosong..

Tentangmu, ada yang tidak bisa hilang
Takkan mudah dilupakan.
Dan ada yang tak pernah padam di sini, di dalam hati.



Baiklah, kita akan berjumpa esok hari, di kota tempat kita bertemu pertama kali. 


Yang tidak sabar menanti esok hari.

[N]

Surat ini balasan untuk: Aku Baik Saja

Tidak ada komentar: