Hujan. Hujan yang selalu aku cinta. Hujan yang selalu
mengembalikanmu dalam kenanganku.
Sayang, kamu pernah ingat satu hal yang pernah aku bilang?
“Cinta bukanlah cinta bila tidak berairmata. Sedih ataupun bahagia”
Karena suratmu semalam, aku beranikan diri untuk membuka
kumpulan foto kita yang selama ini kuhindari. Ada beribu kenangan tertanam
di situ. Satu gambar bisa menceritakan
dengan detail semua cerita. Salah satunya, di pantai itu.
Tempat kamu pertama kali menggenggam jemari, di Pantai Losari. Tempat pertama kali kuterima pelukan lapang, di bawah senja berwarna tembaga matang.
Tempat kamu pertama kali menggenggam jemari, di Pantai Losari. Tempat pertama kali kuterima pelukan lapang, di bawah senja berwarna tembaga matang.
Ah, sayang. Maafkan aku jika harus berderai air mata. Aku sungguh tidak tahu apakah ini air mata sedih ataukah bahagia. Ya, aku sangat bahagia mengingat saat-saat itu, Pun saat ini aku juga bersedih, sangat merindukanmu.
Aku selalu ingat bagaimana romantisnya Losari. Bagaimana
indahnya Pulau Lae-Lae, Samalona dan Kapoposang. Aku selalu membayangkan dapat
kembali lagi ke sana dengan kita yang selalu bergandengan tangan.
Tidak ingin banyak alasan sayang, manusia tidak akan pernah
bahagia jika selalu mencari penyebabnya.
“Dan, tidak ada alasan baku, mengapa aku mencintaimu.”
Perempuan yang sedang menatap hujan dan mengingatmu.
[N]
Surat ini balasan dari: Di Pantai ini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar