Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Senin, 06 Mei 2013

Mencintai itu takdir, dicintai itu kesempatan


Saya percaya bahwa hidup itu adalah untuk belajar. Dalam keadaan bagaimanapun, dalam umur berapa pun dan di mana pun sebenarnya pelajaran itu banyak macamnya. Tergantung subjek sekarang, mau belajar atau tidak.

Sepercaya saya juga bahwa setiap tempat adalah sekolah dan setiap orang adalah guru bagi yang lainnya. Kembali lagi kepada sang guru yang apakah mau membagi ilmu yang dipunya atau yang lainnya berniat atau tidak mempelajari ilmu dari orang lain.

Pelajaran tidak melulu tentang bangku sekolah. Tidak melulu tentang hafalan atau hitungan.

Hari ini saya belajar satu hal. Dari tetes hujan yang datang sore hari tanpa diminta. Ia mengajarkan saya memberi tanpa berharap menerima. Bahkan ia mengajarkan bahwa cintanya kepada bumi akan tetap dan tidak berubah walaupun dicaci.

Memperhatikan bagaimana kesetiaan hujan kepada bumi, yang membuat ia beserta takdirnya akan selalu jatuh menuju dunia, tidak peduli dicinta atau dimaki. Hujan sangat ikhlas, hujan sangat tulus. Karena mencintai itu takdir, dicintai itu kesempatan.

Senyum saya mengembang setiap kali membaca deretan pesan masuk, berkali-kali, berulang-ulang. Namun, pesan ini harus saya hapus. Sebab setiap membaca pesan ini, makin banyak akar ekspektasi yang tertanam nantinya akan menggerus benteng logika saya. Saya akan terus tersenyum dalam hal-hal yang sebenarnya semu. Ya, tidak nyata. 

Oleh karena itu, hari ini, saya harus menghapusnya. Belajar mempunyai senyum walaupun tidak membaca pesan itu. Belajar menikmati setiap detik bahwa sebenarnya semua itu menyenangkan, dengan ada atau tidak adanya pesan dalam inbox saya. Belajar dan belajar tentang banyak hal lebih banyak lagi.

Seharusnya saya dan dia juga belajar, tidak ada yang harus disalahkan atas tumbuhnya benih perasaan yang ada. Namun, keputusan untuk dijaga tumbuh atau dibersihkan tuntas ada di tangan masing-masing.

Atau seharusnya saya belajar untuk tidak menyerah? Seharusnya saya terus berusaha? Toh, setiap kita percaya kan bahwa sekeras apapun karang akan hancur juga jika ditetesi air terus menerus?

Tapi tidak semua waktu tepat untuk berkeras kepala. Ada kalanya merelakan sesuatu yang kita sukai untuk pergi sebenarnya adalah demi kebaikan juga. Dan, tidak semua cinta itu  buta.

Tidak ada komentar: