Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Selasa, 11 Oktober 2011

#Mantan : Berhentilah menyesal!

Rasa kangen adalah manifestasi dari kehilangan” – @beradadisini




Ini masih pagi, namun rutinitas tidak boleh terhenti. Sekejap mata sudah terhampar jalan panjang dimana merupakan rute yang harus dilalui sehari-hari.

Pagi yang mendung, berkabut dan berangin dingin. Hembusannya menampar muka. Sepertinya ia sengaja memanjangkan tangannya untuk mengembalikan kesadaranku.

Pandangan beralih kepada layar ponsel, scroll-nya bergerak naik dan turun. Sesekali membuka dan menutup kembali sebuah pesan, pesan singkat yang ku dapati saat bangun hari ini.





"Mengapa datang lagi? Aku sudah terbiasa menantang hari sendiri

Kita hidup di bumi yang ‘berotasi’, hidup di siklus yang ‘berputar’. Dampaknya bukan bukan hanya pergantian siang dan malam terjadi namun perubahan posisi, nasib, rezeki layaknya lingkaran bersudut 360 derajat.

“We are life for running our own karma” – Carolyn Kandou

Kita hidup menjalani karma dan takdir atas hidup kita. Itu penggalan favorit saya dari seorang sahabat. Apa yang pernah kita perbuat untuk orang lain akan kembali siklusnya ke titik nol yaitu diri kita sendiri cepat ataupun lambat. Believe it or not.

Saya bahkan tidak sedikitpun berniat membalas pesan itu, biarlah D terganti R tanpa tulisan ‘Is writing a message’.

________________________________________________________________

Ah, kau sepertinya kehilangan. Hidupmu terisi dengan penggalan-penggalan penyesalan dan kecupan-kecupan bibir kesepian. Kau bahkan tidak bisa berdamai dengan diri dan hatimu sendiri. Kau telah kehilangan, yah..kau kehilangan.

Seperti juga hidup, kehilangan juga memiliki siklusnya, alur dan rute. Dari aku menuju yang lain dan saat ini menghinggapimu. Pahit, Gusar, Bingung, Gelisah dan Gregetan menjadi satu. Kehilangan sesuatu membuat kita berusaha untuk mencari berulang kali. Dan pada saat tidak jua mendapatkan apa yang dicari, sesal-kesal-penasaran sekaligus sedih menggelung menyelimutimu.

Itu juga yang pernah ku kecap ketika sosokmu pergi tanpa pesan. Semua rasa tercampur menjadi satu dan menghadiahi aku berjuta air mata. Sekarang, Ia kembali kepada pengirimnya, kembali kepada alurnya, kembali kepadamu.

***
"Sudah ku bilang, tak akan ada yang bisa mencintai sebaik aku. Sekarang kau baru menyadari itu."

Tidak ada komentar: