Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Rabu, 29 Juni 2011

Someday

"Hati itu seperti pintu, walau diketuk (terus menerus) belum tentu akan terbuka (lagi)."


Suatu saat, kamu harus tahu bagaimana rasanya bertamu namun tidak ada orang di rumah yang dituju. Ingin menemui namun tidak dapat bertemu.

Suatu waktu, kamu harus tahu bagaimana rasanya bertamu namun tidak dibukakan pintu.Walau telah mencurahkan tenaga untuk mengetuk pintu dan jendela namun tak kunjung terbuka. Menunggu pun akhirnya percuma.


Suatu masa, kamu harus tahu bagaimana rasanya jika setiap bungkusan makanan yang kamu gantung di gagang pintu tidak ditanggapi siapapun selain oleh kucing liar yang melintas.

Suatu hari, kamu harus tahu, harus mengerti, harus merasa dan memahami bahwa kamu perlu dibuat susah dalam meminta 'kembali' hati seseorang.

3 komentar:

Wahyu Blahe mengatakan...

"Hati itu seperti pintu, walau diketuk (terus menerus) belum tentu akan terbuka (lagi)."

@WahyuBlahe berkelakar, eng ing eng,,

Ku tau pintu hatimu telah tertutup olehku, memang semua salahku. Kali ini beri satu kesempatan untuk katakan, maafkan aku. Setelah itu akan ku buat ratusan pintu dihatiku, agar kau tau bahwa banyak yang coba mengetukku. Semoga kau tau maksudku wahai diriku, dan lupakan kata² itu yang kau jawab, maaf, jadikan ku teman mu.


...harus kembali? no no no! tapi Hati itu pintu darurat, bila saatnya harus: 'maka terbuka juga'

Wahyu Blahe mengatakan...

tiap ada yang bagus, dikasih +1 deh, hkwhkwhkw

Nadya Ratna Sari mengatakan...

Blahe....
Tidak akan ku buka hati-ku untukmu! :))
*toyor blahe*