Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Senin, 28 Maret 2011

Sebuah kata bernama 'perpisahan'


Saya mencium aroma perpisahan, kental dan kelat! Baru mencium saja saya sudah dapat menerka rasanya, apalagi jika saya menelannya? Saya yakin rasa kelat itu tidak akan hilang walau saya mengunyah berkilo-kilo gula pasir, rasa itu tetap terkecap di lidah saya. Dan dapat dipastikan, saya akan mati-matian mencari cara untuk menghilangkan kelatnya.

Begitu pula dengan perpisahan yang saya rasa semua orang di dunia ini paham dan ngerti benar tentang teori lama ‘dimana ada pertemuan pasti ada perpisahan’. Saya yakin semua tidak asing mendengar kata itu. Tapi, tidak semua ingin berpisah dengan orang yang mempunyai arti dalam pertemuannya. Bertemu dengan banyak orang pasti sering berpisah pun sudah biasa. Seperti kamu hendak membeli buku, bertemu dengan pedagang, membeli lalu meninggalkannya. Saya yakin antara kamu dengan pegadang itupun tidak ada yang keberatan dengan perpisahan kalian.

Namun, bagaimana jika kamu bertemu seseorang yang sangat berkesan dalam hidupmu? Merasa bahwa Ia adalah sosok yang mengerti akan kamu, dan juga sebaliknya. Terbiasa bertemu dengan Ia hampir setiap harinya, melihat wajahnya mendengar suaranya, tertawanya, bercandanya, marahnya, manjanya sampai tangisnya. Lalu, saat ini kamu dan dia harus berpisah.. 

Apakah kamu mampu? Apakah dia bisa?

Walaupun ‘bisa ala biasa’ namun perpisahan dengan orang yang dicinta adalah bukan hal yang biasa. Saya merasakan hati saya seperti diaduk-aduk ketika memikirkan hal ini, seketika mata saya menjadi hangat dan bibir saya berdesis. Kedua tangan saya tutup di muka untuk memastikan saya masih bernafas dengan relaks mesti otak terus bekerja, entah memikirkan apa.

Sejujurnya saya bahkan tidak siap dengan moment perpisahan itu sendiri, dan saya tidak siap jauh dari orang-orang yang saya sayangi, saya terlanjur manja! Saya terlanjur berhenti di comfort zone saya, sehingga susah untuk melangkah. 

Saya percaya ’jodoh itu tidak kemana, tidak hilang atau tertukar’ tapi saya tetap gamang. Otak saya buntu, kulit kepala saya menjadi gatal dan bisa saya hanya melamun. Menenangkan pikiran! Sementara waktu terus berjalan dan perpisahan semakin di depan mata.

Tuhan, berikanlah jawaban pasti dan kekuatan atas semuanya..

Tidak ada komentar: