Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Senin, 17 Januari 2011

Hari ke-4, 'Untuk si Mr. Always Busy'

Pssstt.. Hey stranger..
Hey.. Iya, kamu..
Yang mengakunya memiliki utuh diriku.
Apa kabarmu?
Curang yah, kamu tidak pernah ada kabar, sedangkan kabar tentangku selalu bisa kamu dapatkan darimana saja..

Pasti kamu lagi sibuk yah?
Sibuk dengan duniamu yang tidak bertepi itu.
Tapi sadarkah?
Kamu telah menepikan aku ke sudut, Sudut petak kecil yang selalu terabaikan.

Kenapa begitu, wahai kamu?
Katanya cinta sama aku?
"Aku cinta kamu", Kalimat yang selalu dikirim sebagai teman tidurku.
Meski kita akhirnya selalu berdebat, aku bilang kalau kata itu selalu diucapkan akan hilang kesakralannya.
Tapi kamu selalu kekeuh mengucapkan ke aku setiap malam.

Sampai kepada malam-malam kemarin, aku tidak lagi mendapati kalimat itu lagi.
Meskipun sudah ku tunggu, tapi kalimat itu tidak pernah datang lagi.

Helaan nafasku semakin panjang ketika menulis surat ini.
Dan berharap tidak akan berairmata (lagi).
Sudah beberapa malam ini, aku selalu berusaha tidur sambil menepis sendu.
Sudah beberapa hari ini, aku pulang kerumah ketika kantuk datang.
Supaya aku langsung tidur dan tidak menunggu-nunggu pesan cinta darimu yang tidak akan sampai.

Walaupun begitu, masih melekat persis dalam gambar putih biru dokumenter otakku, tentang lucunya caramu menyatakan cinta, tentang gelagapannya kamu ketika ku putar-putar pertanyaanmu dan tentang janjimu.
Semua begitu indah, sangat indah. Dan aku rindu..

Hey kamu yang selalu sibuk.
Aku rasa kamu tahu bagaimana cintaku kepadamu.
Aku yang mencintaimu layaknya gerimis, kecil tapi manis, romantis.
Aku yang mencintaimu seperti energi. Mengalir terus meski berubah bentuknya, bukan sengaja diciptakan atau dimusnahkan.
Aku yang mencintaimu seperti aku mencintai hujan. Mendekap dalam gigil, membasuh ketika panas.
Aku yakin, kamu tahu itu.

Lantas? Apakah karena kamu tahu, makanya kamu bisa seenaknya abaikan aku?
Tidak pernah luangkan waktumu untukku lagi?
Tidak ada lagi duduk sore dan menikmati seteko teh bersama?
Tidak ada lagi kecupan hangat dan kata cinta yang biasa kau urai?
Dan sudah tidak ada lagi temanku menari di bawah hujan, aku kini hanya sendiri menikmati setiap tetesnya.

Hey kamu yang selalu sibuk.
Kamu tidak takut yah? Kalau aku hilang digondol orang?
Tidak takutkah kamu, jika aku tiba-tiba berpaling ke arah barat dimana hujan menabur rinainya?

Tidak ada komentar: