Hujan di Beranda

Hujan di Beranda

Kamis, 22 Juli 2010

sebuah surat yang di tulis di hari Rabu, 21 Juli 2010

Dan ketika semua lampu telah dimatikan, aku malah ingin menulis. Entah kenapa aku mulai muak dengan rutinitas, dengan kehidupan di luaran sana, ini mengapa aku selalu mengurung diri dan menghabiskan waktuku hanya untuk berjumpa dengan mimpi.

Mungkin saja dalam mimpi aku bisa menemukan adrenaline ku yang hilang, mungkin saja dalam mimpi aku bisa membaui harum hutan yang lembab, mungkin saja lewat mimpi aku bisa menemukan track baru lebih terjal, lebih indah dan lebih menantang yang belum pernah ku temui sebelumnya..

Ahh.. mungkin aku memang bukan terlahir sebagai penikmat gelimangan kota, karena hedonis Cuma bisa meng-cover kesenangan sementara, lalu hilang begitu saja. Sekejap secepat pandangan mata.. sedangkan aku masih bisa merasakan euphoria seminung sampai sekarang, jalur pendakian yang merangkak, luka yang mengering dari cabikan semak belukar, dan air permandian di tepi danau ranau yang begitu hangat, sungguh berbeda terbalik dengan suhu air danau.. Ajaibnya air permandian dan air danau hanya di pisahkan oleh satu sekat saja..

Aku rindu menatap selat sunda dari kegelapan dan bebunyian warga hutan, aku rindu berteriak di atas jeep berderu yang menghempas lubang basah ke kiri dan ke kanan, aku rindu akan perempuan desa dan wangi daun teh..

Karena itu aku menulis surat ini untuk kamu, sayangku..
Terkadang banyak hal yang bertentangan antara keinginan dan kenyataan, aku percaya harus di lalui..
Mengutip perkataan dari status seorang sahabat : “di dunia ini, paling tidak ada dua hal yang masih jujur dan tidak bisa di bohongi yaitu hati dan lambung”

Izinkan aku melakukan pengembaraan kembali, sayangku.. ketika bosan telah menghantui hari-hariku dan hati tidak dapat lagi menutupi perasaan itu.. aku sudah tidak bisa lagi membunuh bosan dengan bantalku, aku sudah tidak bisa lagi menutupi kegelisahan dengan selimutku..
Izinkan aku pergi, sayangku.. karena setiap kabar akanku selalu datang padamu lewat alam, ketika peralatan elektronik sudah tidak mampu mempertemukan kita, aku selalu akan menitip rindu lewat bintang, akan selalu ku kirim ucapan selamat tidur seperti biasa walau kali ini lewat bisikan angin, dan akan tetap selalu ku temui kamu lewat hembusan udara.. aku akan tetap selalu ada..

2 komentar:

ajeng sekar tanjung mengatakan...

nadyaaahh.. hebat masih bisa merangkai kata jadi seperti sastrawati berbakat :D

gw udah jaman kapan deh keilangan kemampuan itu.. hahaha.. ayo belajar, ayo berjalan dan ayo bercerita.. karena akan selalu ada pelajaran dalam setiap perjalanan yang kita lakukan yang bisa kita ceritakan :)

Nadya Ratna Sari mengatakan...

*lempar clurit*

apaan? gw jadi kepanasan tau ga baca semua tulisan di blog lu..
*nangis sesegukan*